Bismillah..
Dalam video ceramah berdurasi 20menitan kali ini, ustadz Nouman Ali Khan memulai dengan membacakan surat Asy Syura ayat 14 (42:14).
وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ
Artinya :Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.
Dikatakan dalam surat tersebut bahwa sifat manusia itu suka berbantahan satu sama lainnya. Umat-umat terdahulu pun memiliki sifat yang sama, saling berbantahan di antara sesama mukmin.
Di awal surat tersebut, Allah mengatakan bahwa manusia terpecah belah dan saling berbantah setelah memiliki ilmu pengetahuan. Seseorang yang memiliki ilmu (agama), kita sebut sebagai ulama. Idelanya Ulama ini adalah sebagai pemersatu umat, dengan keilmuan yang dimilikinya. Namun ada sebagian ulama yang tersebut tidak memakai ilmu (agamanya) untuk mempersatukan umat Islam.
بَغْيً
Baghyan berasal dari kata baghy yang bermakna dorongan untuk mendominasi yang lainnya. Ada ego dalam diri, kebanggaan pada diri sendiri, yang memiliki maksud untuk mendominasi orang lainnya. Maka para raja, penguasa yang berupaya menguasai atau mengambil alih suatu wilayah disebut sebagai Baghy, keinginan untuk mendominasi yang lain.
Allah ﷻ mengatakan berselisih pendapat itu menampakkan kesombongan. Maksudnya adalah, dalam mengemukakan perbedaan pendapat tersebut ada keinginan untuk mendominasi. Sehingga ketika kita melihat perselisihan tersebut akan jelas terlihat ego masing-masing. Bukan melihat tentang mencari kebenaran yang diperselisihkan. Bahkan mereka pun menggunakan Al Quran dan Hadist, namun tujuan sebenarnya bukan untuk mencari kebenaran akan suatu permasalahan. Itulah baghyan baynakum.
Mereka saling berdebat karena kesombongan. Hal ini perlu kita waspadai sebagai umat muslim. Karena umat muslim saat ini saling berselisih dan berbantahan, all the time. Layaknya penyakit (wabah) yang melanda umat muslim di seluruh dunia.
Seharusnya dalam perselisihan dan perbedaan, kita dapat saling menasehati atau mengoreksi kesalahan saudara kita dengan baik, dengan kerendah hatian, dengan kasih sayang.
Sikap Menghadapi Perbedaan
Ketika para ulama (terdahulu) berbeda pendapat, pertama pertama yang dia lakukan adalah mendoakan ulama lain. Kemudian, ulama itu menyampaikan pendapatnya dan mengatakan Allah yang Maha Mengetahui.
Sehingga tidak ada saling menjatuhkan dan menyakiti terhadap yang berbeda pendapat. Dan tidak akan memunculkan perpecahan.
Perpecahan yang disebabkan oleh baghyan baynakum adalah hal yang tidak Allah ﷻ sukai. Ketika Allah memberitahukan suatu ayat (kebenaran), seharusnya membawa kepada persatuan bukan perpecahan. Allah menyukai kasih sayang dan sikap lemah lembut umat muslim dalam menyampaikan kebenaran (berdakwah).
Dalam surat Al Imran ayat 159, Allah mengajarkan Rasulullah langkah langkah dalam menghadapi perbedaan:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka (Al Imran : 159)
Dalam ayat ini Allah ﷻ meminta Nabi Muhammad ﷺ untuk bersikap lemah lembut kepada para Sahabat dalam menyampaikan kebenaran Islam (firmanNya), bukan dengan kasar dan bersikap keras. Karena hal tersebut akan membuat para Sahabat menjauh dari Rasulullah ﷺ
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Artinya :
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu (Al Imran:159).
Kemudian di lanjutan ayat 159 Al Imran adalah mengenai kelapangam hati dengan memaafkan sesama muslim, apabila pernah berbuat salah dan mengecewakan diri kita atau berbeda pendapat dengan kita. Lalu mohonkan ampunan terhadap orang yang menyakiti kita, mendzolimi kita. Saat kita sedang memanjatkan doa untuk diri kita, untuk kedua orang tua kita, untuk keluarga kita, kita juga diperintahkan Allah untuk mendoakan orang yang bersalah pada kita.
Selanjutnya adalah wasyawirhum fil amr yakni, bermusyawarah atau berdiskusi dengan mereka. Libatkanlah dan pertimbangkan pendapat mereka dalam memutuskan suatu perkara atau pengambilan keputusan. Dan yang terakhir
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
Kalau kita sudah memutuskan, maka bertawakalah (percayakan dan serahkan) kepada Allah swt.
Kembali kepada surat Asy Syura ayat 14 mengenai murka Allah tentang perpecahan, Allah ﷻ tidak menyukainya (berpecah belah), Allah akan menangguhkan azab kepada hambanya yang dimurkai pada waktu yang ditentukannya (Asy Syura :14).
Lalu Allah mengatakan di lanjutan ayatnya mengenai kondisi keturunan kaum mukmin yang saling berselisih, mereka akan لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ ;
1. Mereka tidak memiliki keyakinan (having no confidence) dalam beragama.
Syak adalah keraguan yang menghapus keyakinan.
2. Tidak yakin apa yang sebaiknya dilakukan. Murib adalah keraguan yang menghambat seseorang melakukan sesuatu. Mereka ragu apa yang sebaiknya dilakukan.
Generasi ini akan menjadi bimbang tentang kebenaran Islam akibat perselisihan dan perdebatan yang muncul.
Semoga Allah swt menjaga kaum muslimin dari perpecahan yang merugikan Islam.
#MatrikulasiNAKIndonesia #NAKIndonesia #NoumanAliKhan